Puisi-puisi Nokman Riyanto
Mencumbu Bulan Juli
Di malam Juli yang merdu,
Bulan menggoda dalam senja yang misterius.
Cahayanya menyentuh hati yang terbuai,
seolah mencumbu dengan pesona yang tiada tara.
Bulan Juli yang elok nan mempesona,
Bagaikan permata di angkasa yang menjulang tinggi.
Sinarmu melintas di langit berkelana,
Mengiringi bintang-bintang berdansa di sekitarmu.
Di bawah rindu yang membara,
Bulan Juli datang dengan pesona yang menawan.
Sangat indah memandangmu dari jendela,
Membayangkan dirimu yang ada di sana.
Setiap kilaumu menari dengan riang,
Menerangi malam yang senyap sepanjang jalan.
Kau hadir sebagai penghibur sejati,
Dalam bisikan lembut yang tak terucapkan.
Bulan Juli yang penuh gairah,
Seperti puisi yang terukir dengan indah.
Aku mencumbu kehadiranmu di setiap detik,
Mengalirkan perasaan yang tak terungkapkan.
Juli, bulan yang mempesona hati,
Bawalah pesonamu yang abadi.
Biarkan aku terus mencumbu keindahanmu,
Hingga akhir waktu yang tak terbatas lagi.
Aku Terus Bertanya
Ketika aku bertanya pada senja
Senjapun tak mampu menjawabnya
Ketika kutanyakan pada rembulan
Jawabanpun tak ku dapatkan
Lantas aku terus bertanya
Kepada bintang
Kepada malam
Kepada sepi
Kepada sunyi
Semuanya menggeleng
Akupun terus bertanya
Pantang menyerah
Pada orang-orang
Pada hiruk pikuk
Pada kerumunan
Pada keramaian
Pun tak ada yang paham
Lantas aku harus bertanya kepada siapa lagi?
Apakah kepada diriku sendiri?
Apa yang sebenarnya aku cari?
Bukankan cukup keimanan dalam diri ini untuk terus
mengabdi kepada Sang Illahi.
Menganga
Ada getaran nada duka
Yang Menyayat sembilu
Saat bayanganmu hadir dalam benak
Dan berkata aku rindu
Ada gelombang rasa luka
Yang menusuk kalbu
Saat kehadiranmu dalam angan
Dan berkata aku ingin bersamamu
Aku harus mencoba melangkah
Dalam jejak-jejak kesunyian
Melupakan bening bola matamu
Dalam relungan kidung asmara
Karena aku sadar
Bertemu Rindu
Jingga menorehkan lukisan pada mega
Bersama mekarnya kuncup bunga
Yang mewarnai indahnya senyuman
Senyuman yang penuh rindu
Ketika wangi puspa terbawa bayu
Akahkan masih ada tersisa rindu
Dalam bingkai hari yang menyiksa haru
Bak hati dalam nuansa abu-abu
Detik mengalun pelan sekali
Membawa kebahagiaan hakiki
Yang telah tiba waktunya kini
Saat Kita berjumpa Kembali
Bulan Purnama Kesepuluh
Memancarkan
Cahaya yang diterima
Tertutup awan
Yang tak berdosa
Bulan purnama kesepuluh
Saksi sebuah perjalanan
Posting Komentar untuk "Puisi-puisi Nokman Riyanto"