googlebec3e20e0727f0b8.html Puisi-puisi Nokman Riyanto - SMP NEGERI 4 SATU ATAP KARANGJAMBU
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Puisi-puisi Nokman Riyanto





 Mencumbu Bulan Juli 

Di malam Juli yang merdu,

Bulan menggoda dalam senja yang misterius.

Cahayanya menyentuh hati yang terbuai,

seolah mencumbu dengan pesona yang tiada tara.

 

Bulan Juli yang elok nan mempesona,

Bagaikan permata di angkasa yang menjulang tinggi.

Sinarmu melintas di langit berkelana,

Mengiringi bintang-bintang berdansa di sekitarmu.

 

Di bawah rindu yang membara,

Bulan Juli datang dengan pesona yang menawan.

Sangat indah memandangmu dari jendela,

Membayangkan dirimu yang ada di sana.

 

Setiap kilaumu menari dengan riang,

Menerangi malam yang senyap sepanjang jalan.

Kau hadir sebagai penghibur sejati,

Dalam bisikan lembut yang tak terucapkan.

 

Bulan Juli yang penuh gairah,

Seperti puisi yang terukir dengan indah.

Aku mencumbu kehadiranmu di setiap detik,

Mengalirkan perasaan yang tak terungkapkan.

 

Juli, bulan yang mempesona hati,

Bawalah pesonamu yang abadi.

Biarkan aku terus mencumbu keindahanmu,

Hingga akhir waktu yang tak terbatas lagi.

 

Aku Terus Bertanya

 

Ketika aku bertanya pada senja

Senjapun tak mampu menjawabnya

Ketika kutanyakan pada rembulan

Jawabanpun tak ku dapatkan

Lantas aku terus bertanya

Kepada bintang

Kepada malam

Kepada sepi

Kepada sunyi

Semuanya menggeleng

Akupun terus bertanya

Pantang menyerah

Pada orang-orang

Pada hiruk pikuk

Pada kerumunan

Pada keramaian

Pun tak ada yang paham

Lantas aku harus bertanya kepada siapa lagi?

Apakah kepada diriku sendiri?

Apa yang sebenarnya aku cari?

Bukankan cukup keimanan dalam diri ini untuk terus

mengabdi kepada Sang Illahi.

 

 

Menganga

 

Ada getaran nada duka

Yang Menyayat sembilu

Saat bayanganmu hadir dalam benak

Dan berkata aku rindu

Ada gelombang rasa luka

Yang menusuk kalbu

Saat kehadiranmu dalam angan

Dan berkata aku ingin bersamamu

Aku harus mencoba melangkah

Dalam jejak-jejak kesunyian

Melupakan bening bola matamu

Dalam relungan kidung asmara

Karena aku sadar

 


Bertemu Rindu

 

Jingga menorehkan lukisan pada mega

Bersama mekarnya kuncup bunga

Yang mewarnai indahnya senyuman

Senyuman yang penuh rindu

 

Ketika wangi puspa terbawa bayu

Akahkan masih ada tersisa rindu

Dalam bingkai hari yang menyiksa haru

Bak hati dalam nuansa abu-abu

 

Detik mengalun pelan sekali

Membawa kebahagiaan hakiki

Yang telah tiba waktunya kini

Saat Kita berjumpa Kembali

 

Bulan Purnama Kesepuluh

 

Memancarkan

Cahaya yang diterima

Tertutup awan

Yang tak berdosa

Bulan purnama kesepuluh

Saksi sebuah perjalanan

Posting Komentar untuk "Puisi-puisi Nokman Riyanto"